Friday, May 31, 2013

MENGIDENTIFIKASI LAHAN POTENSIAL MELALUI PERTUMBUHAN PERKECAMBAHAN CABAI TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI ROROTAN JAKARTA UTARA


ABSTRAKSI


MENGIDENTIFIKASI LAHAN POTENSIAL MELALUI PERTUMBUHAN PERKECAMBAHAN CABAI (Capsiccum annum. L.) TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI ROROTAN JAKARTA UTARA.

Sifa Alfiyah

Pertumbuhan penduduk dan ekonomi membuat tekanan terhadap tanah semakin meningkat, dengan segala berbagai macam cara mampu mengubah lahan – lahan potensial, hutan dengan skala besar – besaran menjadi tempat permukiman penduduk, industri waduk dan lain – lain tanpa menyadari betapa berharganya lahan potensial tersebut jika dimanfaatkan, terlebih lagi dalam program pembangunan berkelanjutan. Pelestarian dan pemanfaatan lahan potensial adalah salah satu cara dalam mensukseskan program pembangunan berkelanjutan dikarenakan sangat berpengaruh dan berkaitannya lahan potensial terhadap program pembangunan berkelanjutan. Maka dari itu, sangat diperlukannya kerja sama antara pemerintahan dan masyarakat dalam mengupayakan pelestarian lahan potensial dan mengaplikasikannya dengan baik. Sehingga dapat merasakan akan penting dan berharganya lahan potensial baik masa kini maupun masa yang akan datang. 
  
          BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lahan-lahan potensial merupakan sumber daya alam (SDA) yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Adapun yang dimaksud dengan sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu kita harus melestarikannya dan menjaganya dengan baik.

Indonesia terdiri lebih dari 13 ribu pulau dengan luas daratan sekitar 1.919 juta kilometer persegi. Kurang lebih 93.00 kilometer persegi dari area ini merupakan danau dan sungai. Tanah ini menyediakan tempat bagi keperluan produksi pangan, hutan, penambangan mineral dan energi, permukiman penduduk dan rekreasi.[1]

Dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi, tekanan terhadap tanah semakin meningkat. Hutan diluar pulau Jawa diubah menjadi lahan pertanian, kawasan pertambangan, dan perkebunan. Semantara itu, lahan pertanian dipulau Jawa diubah menjadi kawasan permukiman dan industri waduk. Kehutanan, pertambangan, dan pertanian juga dapat membuat tanah menjadi tidak produktif untuk kegiatan ekonomi lebih lanjut.[2]

Program untuk meningkatkan produksi pangan dalam skala besar – besaran telah berkontribusi dalam pembukaan hutan dan belukar. Hal ini menyebabkan meningkatnya erosi, berkurangnya kesuburan dan produktivitas lahan, dan hilangnya habitat. Walaupun sejumlah kawasan alami, baik daratan maupun hutan, telah coba dilindungi dari dampak kegiatan manusia melalui peratapannya sebagai cagar alam dan taman nasional, sejumlah besar lahan masih belum diusahakan oleh manusia secara optimal.[3] 

            Kuantitas atau kualitas sumber daya alam yang ada pada suatu lahan dapat menurun jika manusia dalam memanfaatkannya kurang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Supaya sumber daya alam dapat lestari, perlu dilakukan pengelolaan secara hemat dan lestari sehingga dapat menunjang program pembangunan berkelanjutan.
            Saat ini sering kita jumpai banyak lahan – lahan potensial yang seharusnya untuk pertanian dan perkebunan tetapi di manfaatkan untuk permukiman warga, ini adalah salah satu hal dari sekian banyak hal yang kurang diperhatikan dan di telaah dengan baik tanpa memikirkan program pembangunan berkelanjutan. Maka dari itu, inilah yang melatar belakangi kami melakukan penelitian ini.
           

1.2 Rumusan Masalah
  1.  Apakah program pembangunan berkelanjutan terhadap lahan potensial sangat berpengaruh untuk masa yang akan datang?
  2. Apakah pertumbuhan perkecambahan cabai dapat menjadi landasan dalam mengetahui lahan potensial?
  3.  Apakah lahan potensial yang tidak digunakan dengan sebaiknya dapat menurunkan kualitas ataupun produktivitas tanah itu sendiri?


1.3 Tujuan Penelitian
  1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program pembangunan  berkelanjutan terhadap lahan potensial di masa yang akan datang.
  2. Untuk mengetahui lahan potensial melalui pertumbuhan perkecambahan cabai.
  3.  Untuk mengetahui menurunnya produktivitas atau tidaknya lahan potensial apabila tidak dipergunakan dengan sebaiknya.


 1.4 Manfaat Penelitian
  1. Mengetahui seberapa besar pengaruh program pembangunan berkelanjutan terhadap lahan potensial di masa yang akan datang.
  2. Mengetahui lahan potensial melalui pertumbuhan perkecambahan cabai.
  3. Mengetahui menurunnya produktivitas atau tidaknya lahan potensial apabila tidak dipergunakan dengan sebaiknya.



BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori

            2.1.1 Pengertian Lahan Potensial
           
            Wardiyatmoko, K. dan Bintarto, H.R. 2003. Geografi SMU 1 Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999. Jakarta: Erlangga.

a.      Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika diolah akan mempunyai nilai ekonomi yang besar karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia.
b.      Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu ditangani dan dikelola secara bijaksana.

            Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. GBPP Mata Pelajaran Geografi SMU, Kurikulum 1999.

a. lahan adalah bentang darat mulai dari pantai sampai ke pedalaman
b.            lahan potensial adalah lahan yang dapat memproduksi secara maksimal ataupun lahan yang produktif sehingga jika di kelolah oleh manusia, lahan itu dapat memberikan hasil yang tinggi walaupun dengan biaya pengelolahan yang rendah. Lahan potensial terdiri atas lahan kering dan lahan basah.
c.             Lahan potensial merupakan sumber daya alam(SDA)yang sangat penting bagi kehidupan manusia.adapun yang dimaksud SDA adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


Tim Geografi Umum. 2000. Geografi Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999, Jakarta: Erlangga.

Lahan potensial merupakan sebidang tanah yang memiliki kemampuan berproduksi secara optimal. Kemampuan tersebut didasarkan pada satuan tertentu dalam satu tahun. Menilik batasan tersebut dalam arti sempit lahan potensial selalu berkaitan dengan produksi pertanian. Tetapi dalam arti luas lahan potensial ini dikaitkan dengan fungsinya bagi kehidupan manusia.

2.1.2 Ciri – ciri Lahan Potensial[4]

1. Tidak terkena erosi
2. Lapisan tanah masih dalam
3. Unsur hara masih tinggi
4. Tanahnya masih tertutup oleh pohon
5. Kemiringan 3 – 15%
6. Ketinggian 5 – 10 m, dari permukaan laut
7. Sangat subur
8. Terdiri dari lahan kering dan lahan basah
                                                                              
2.1.3  Pemanfaatan Lahan Potensial di dataran rendah (Rorotan)

Seperti telah dijelaskan bahwa lahan potensial terdiri dari lahan kering dan lahan basah. Lokasi lahan potensial tidak sama, ada yang berada di dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pantai. Pemanfaatan lahan potensial di dataran rendah antara lain untuk pertanian sawah dan perikanan (bagi daerah yang cukup airnya), pertanian tegalan, perkebunan dan peternakan.[5]

Tanah di dataran rendah di samping digunakan sebagai tempat permukiman, dimanfaatkan pula oleh manusia sebagai berikut:[6]

1.  Lahan kering / tanah tegal. Lahan kering di dataran rendah banyak digunakan untuk areal pertanian secara bertegalan, yakni usaha tanaman yang menggantungkan pada air hujan saja. Sistem ini dilaksanakan setelah sistem perladangan yang menghasilkan jagung, kacang, dan ketela. Tanah tegal ini dikerjakan pada musim hujan. Pada musim kemarau tanah dibiarkan (bero).
2. Lahan dataran rendah untuk sawah irigasi, yakni corak pertanian yang   dilakukan dengan pengairan yang teratur, baik dari air hujan langsung maupun dengan air irigasi waduk. Cara persawahan ini dalam pertanian dilakukan dengan cara yang telah maju. Pembagian air dari waduk dan saluran dengan pengaturan pintu air secara teratur.
3. Sawah tadah hujan, yakni corak pertanian sawah, tetapi sistem pengairannya tergantung pada air hujan. Oleh sebab itu, pengerjaannya hanya pada waktu musim hujan saja. Lokasi tanah yang digunakan baik untuk sawah irigasi maupun sawah tadah hujan adalah tanah yang subur.
4. Perkebunan. Lahan tanah dataran rendah yang subur juga dapat digunakan untuk areal perkebunan yang biasanya ditanami kelapa sawit, rami dan tembakau. Perkebunan bertujuan menghasilkan barang – barang dagangan, baik untuk dikonsumsi rakyat dan atau menghasilkan barang – barang ekspor.
5. Peternakan. Lahan tanah dataran rendah baik yang subur atau kurang subr dapat digunakan sebagai lahan peternakan. Keadaan iklim Indonesia cocok untuk persyaratan hidupnya hewan ternak (kuda, lembu, kerbau, kambing, dan lain – lain). Begitu pula persediaan air minum cukup banyak di Indonesia. Daerah padang rumput dapat digunakan untuk usaha peternakan kuda ataupun lembu. Indonesia memiliki padang rumput yang sangat luas.
           
2.1.4 Usaha atau Upaya – upaya Pelestarian dan Peningkatan Manfaat Lahan Potensial.  

1.            Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia.
2.            Menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam wilayah tertentu
3.            Merencanakan penggunaan lahankota agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran
4.            Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentingan manusia
5.            Memisahkan penggunaan lahan untuk pemukiman, industri, pertanian, perkantoran, dan perusahaan-perusahaan lainnya.
6.            Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan.
7.            Melakukan pengkajian terhadap kebijaaksanaan tata ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi penggunaan lahan.
8.            Di daerah pegunungan atau perbukitan perlu diperhatikan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan pembuatan sengkedan.
9.            Perlu usaha pemukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah.
10.        Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah pesisir, dan daerah sekitar lautan.


Upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan potensial diarahkan pada dua hal, yaitu bagaimana lahan tersebut dapat memberikan daya dukung terhadap kehidupan manusia dalam waktu yang relatif lama, dan bagaimana lahan tersebut memberikan manfaat secara optimal kepada manusia sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Guna mencapai tujuan tersebut maka ada berapa hal yang perlu ditempuh, yaitu:[7]

1. Penggunaan sistem terasering pada lahan yang miring dengan tujuan mencegah terjadinya erosi.
2. Dengan sistem pergiliran tanaman (crop rotation) dengan tujuan meremajakan tanah agar kesuburannya tetap terjaga.
3. Penggunaan pupuk organik lebih baik dari pupuk kandang atau pupuk hijau.


Di samping itu, upaya peningkatan manfaat lahan potensial bukan hanya memperhatikan faktor fisis tetapi juga ada pertimbangan lain yang mungkin lebih menguntungkan. Misalnya, sebidang lahan yang subur dikawasan perkotaan yang terletak di pusat perdagangan, meskipun secara fisis cocok untuk tanaman tertentu, tetapi harga tanah cukup tinggi sehingga tanaman yang dihasilkan tidak seimbang dengan harga tanah. Mungkin tanah tersebut lebih menguntungkan jika untuk usaha lain di luar pertanian.[8]


2.1.5 Klasifikasi Pertumbuhan Perkecambahan Cabai

Cabai atau lombok termaksud dalam suku terong terongan (solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam didataran rendah ataupun dataran tinggi.dan memiliki fase perkecambahan yang sedikit cepat. Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur, dan sarang serta tidak tergenang air. pH tanah 5-6.

2.1.3 Pengertian Program Pembangunan Berkelanjutan

Program pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan hari ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang. Untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2.2 Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1.   Program pembangunan berkelanjutan sangat erat kaitannya terhadap pemanfaatan lahan potensial. Sehingga besar pengaruhnya jika lahan potensial ini tidak dapat dimanfaatkan sebaik baiknya.
2.   Pertumbuhan perkecambahan cabai dapat dijadikan landasan dalam menentukan lahan potensial.
3.   Lahan potensial yang tidak digunakan atau dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya akan menurunkan produktivitas tanah tersebut.



BAB III

METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode eksperimen.Eksperimen dilakukan untuk mengetahui tanah dari lahan manakah yang termaksuk kedalam karektaristik lahan potensial melalui pertumbuhan cabai(casicum annuum L).

3.2 Populasi dan Sampel

            3.2.1 Populasi Penelitian

Popolasi ini adalah seluruh lahan yang ada disekitar kelurahan Rorotan Jakarta Utara.

            3.2.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel ini adalah dari seluruh lahan yang ada di kelurahan Rorotan di random menghasilkan empat (4) lahan, yakni lahan yang sedang dalam proses pemukiman penduduk (lahan persawahan, lahan yang sudah menjadi pemukiman penduduk, rawa rawa, dan lahan perkebunan) dan masing-masing lahan di ambil tanahnya untuk eksperimen.
           
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

            3.3.1 Waktu Penelitian

                        Adapun waktu penelitian ini adalah:
                        Hari                 :Sabtu - Rabu
                        Tanggal           : 13 November 2010 - 01 Desember 2010

            3.3.2 Tempat Penelitian

                        Adapun tempat penelitian ini adalah:
1. Jalan Malaka III RT 011 RW 006 Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing Jakarta Utara 14140
2. Jalan Rorotan X Cilincing Jakarta Utara.
3. Jalan Malaka IV RT O10 RW 006 Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing Jakarta Utara 14140

3.4 Pengumpulan Data

            Pengumpulan data ini menggunakan teknik observasi. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan perkembangan untuk mencapai hasil eksperimen yang benar.

3.5 Analisis Data

            Penganalisisan data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini dilakukan karena tidak dalam bentuk angka-angka melainkan dalam bentuk katagori-katagori.


[1] K. Wardiyatmoko dan H.R. Bintarto, GEOGRAFI SMU 1, (Jakarta: Erlangga, 2003, hal. 75)
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Tim Geografi Umum, GEOGRAFI SMU JILID 1 A, ( Jakarta: Erlangga, 2000, hal. 104 )
[5] Sumadi Sutrijat, GEOGRAFI 1, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, hal. 92)
[6] K. Wardiyatmoko dan H.R. Bintarto, GEOGRAFI SMU 1, (Jakarta: Erlangga, 2003, hal. 79 - 80)
[7] Tim Geografi Umum, GEOGRAFI SMU JILID 1 A, ( Jakarta: Erlangga, 2000, hal. 107 )
[8] Ibid


No comments:

Post a Comment