ABSTRAKSI
MENGIDENTIFIKASI
LAHAN POTENSIAL MELALUI PERTUMBUHAN PERKECAMBAHAN CABAI (Capsiccum annum. L.) TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI
ROROTAN JAKARTA UTARA.
Sifa Alfiyah
Pertumbuhan penduduk dan
ekonomi membuat tekanan terhadap tanah semakin meningkat, dengan segala
berbagai macam cara mampu mengubah lahan – lahan potensial, hutan dengan skala
besar – besaran menjadi tempat permukiman penduduk, industri waduk dan lain –
lain tanpa menyadari betapa berharganya lahan potensial tersebut jika
dimanfaatkan, terlebih lagi dalam program pembangunan berkelanjutan.
Pelestarian dan pemanfaatan lahan potensial adalah salah satu cara dalam
mensukseskan program pembangunan berkelanjutan dikarenakan sangat berpengaruh
dan berkaitannya lahan potensial terhadap program pembangunan berkelanjutan.
Maka dari itu, sangat diperlukannya kerja sama antara pemerintahan dan
masyarakat dalam mengupayakan pelestarian lahan potensial dan mengaplikasikannya
dengan baik. Sehingga dapat
merasakan akan penting dan berharganya lahan potensial baik masa kini maupun
masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lahan-lahan potensial
merupakan sumber daya alam (SDA) yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Adapun yang dimaksud dengan sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari
itu kita harus melestarikannya dan menjaganya dengan baik.
Indonesia terdiri lebih dari
13 ribu pulau dengan luas daratan sekitar 1.919 juta kilometer persegi. Kurang
lebih 93.00 kilometer persegi dari area ini merupakan danau dan sungai. Tanah
ini menyediakan tempat bagi keperluan produksi pangan, hutan, penambangan
mineral dan energi, permukiman penduduk dan rekreasi.
Dengan pertumbuhan penduduk
dan ekonomi, tekanan terhadap tanah semakin meningkat. Hutan diluar pulau Jawa
diubah menjadi lahan pertanian, kawasan pertambangan, dan perkebunan. Semantara
itu, lahan pertanian dipulau Jawa diubah menjadi kawasan permukiman dan
industri waduk. Kehutanan, pertambangan, dan pertanian juga dapat membuat tanah
menjadi tidak produktif untuk kegiatan ekonomi lebih lanjut.
Program untuk meningkatkan
produksi pangan dalam skala besar – besaran telah berkontribusi dalam pembukaan
hutan dan belukar. Hal ini menyebabkan meningkatnya erosi, berkurangnya
kesuburan dan produktivitas lahan, dan hilangnya habitat. Walaupun sejumlah
kawasan alami, baik daratan maupun hutan, telah coba dilindungi dari dampak
kegiatan manusia melalui peratapannya sebagai cagar alam dan taman nasional,
sejumlah besar lahan masih belum diusahakan oleh manusia secara optimal.
Kuantitas
atau kualitas sumber daya alam yang ada pada suatu lahan dapat menurun jika
manusia dalam memanfaatkannya kurang memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan. Supaya sumber daya alam dapat lestari, perlu dilakukan pengelolaan
secara hemat dan lestari sehingga dapat menunjang program pembangunan
berkelanjutan.
Saat
ini sering kita jumpai banyak lahan – lahan potensial yang seharusnya untuk
pertanian dan perkebunan tetapi di manfaatkan untuk permukiman warga, ini
adalah salah satu hal dari sekian banyak hal yang kurang diperhatikan dan di
telaah dengan baik tanpa memikirkan program pembangunan berkelanjutan. Maka
dari itu, inilah yang melatar belakangi kami melakukan penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah program pembangunan berkelanjutan terhadap lahan
potensial sangat berpengaruh untuk masa yang akan datang?
- Apakah
pertumbuhan perkecambahan cabai dapat menjadi landasan dalam mengetahui lahan
potensial?
- Apakah lahan potensial yang tidak digunakan dengan sebaiknya
dapat menurunkan kualitas ataupun produktivitas tanah itu sendiri?
1.3 Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh program pembangunan berkelanjutan terhadap lahan
potensial di masa yang akan datang.
- Untuk mengetahui lahan potensial melalui
pertumbuhan perkecambahan cabai.
- Untuk mengetahui menurunnya produktivitas
atau tidaknya lahan potensial apabila tidak dipergunakan dengan sebaiknya.
1.4 Manfaat Penelitian
- Mengetahui
seberapa besar pengaruh program pembangunan berkelanjutan
terhadap lahan potensial di masa yang akan datang.
- Mengetahui lahan potensial melalui pertumbuhan perkecambahan
cabai.
- Mengetahui menurunnya produktivitas atau
tidaknya lahan potensial apabila tidak dipergunakan dengan sebaiknya.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Lahan Potensial
Wardiyatmoko, K. dan Bintarto, H.R.
2003. Geografi SMU 1 Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999. Jakarta:
Erlangga.
a. Lahan potensial adalah lahan yang belum
dimanfaatkan atau belum diolah dan jika diolah akan mempunyai nilai ekonomi yang
besar karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan mempunyai daya dukung
terhadap kebutuhan manusia.
b. Lahan potensial merupakan
modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu
ditangani dan dikelola secara bijaksana.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. GBPP
Mata Pelajaran Geografi SMU, Kurikulum 1999.
a. lahan adalah bentang
darat mulai dari pantai sampai ke pedalaman
b.
lahan potensial adalah lahan yang dapat
memproduksi secara maksimal ataupun lahan yang produktif sehingga jika di
kelolah oleh manusia, lahan itu dapat memberikan hasil yang tinggi walaupun
dengan biaya pengelolahan yang rendah. Lahan potensial terdiri atas lahan
kering dan lahan basah.
c.
Lahan potensial merupakan sumber daya
alam(SDA)yang sangat penting bagi kehidupan manusia.adapun yang dimaksud SDA
adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Tim Geografi Umum. 2000. Geografi Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999, Jakarta: Erlangga.
Lahan
potensial merupakan sebidang tanah yang memiliki kemampuan berproduksi secara
optimal. Kemampuan tersebut didasarkan pada satuan tertentu dalam satu tahun. Menilik
batasan tersebut dalam arti sempit lahan potensial selalu berkaitan dengan
produksi pertanian. Tetapi dalam arti luas lahan potensial ini dikaitkan dengan
fungsinya bagi kehidupan manusia.
2.1.2 Ciri – ciri Lahan Potensial
1. Tidak terkena erosi
2. Lapisan tanah masih dalam
3. Unsur hara masih tinggi
4. Tanahnya masih tertutup
oleh pohon
5. Kemiringan 3 – 15%
6. Ketinggian 5 – 10 m, dari
permukaan laut
7. Sangat subur
8. Terdiri dari lahan kering
dan lahan basah
2.1.3 Pemanfaatan Lahan Potensial di dataran rendah
(Rorotan)
Seperti telah dijelaskan
bahwa lahan potensial terdiri dari lahan kering dan lahan basah. Lokasi lahan
potensial tidak sama, ada yang berada di dataran rendah, dataran tinggi, dan
daerah pantai. Pemanfaatan lahan potensial di dataran rendah antara lain untuk
pertanian sawah dan perikanan (bagi daerah yang cukup airnya), pertanian
tegalan, perkebunan dan peternakan.
Tanah di dataran rendah di
samping digunakan sebagai tempat permukiman, dimanfaatkan pula oleh manusia
sebagai berikut:
1. Lahan kering / tanah tegal. Lahan kering di
dataran rendah banyak digunakan untuk areal pertanian secara bertegalan, yakni
usaha tanaman yang menggantungkan pada air hujan saja. Sistem ini dilaksanakan setelah sistem perladangan
yang menghasilkan jagung, kacang, dan ketela. Tanah tegal ini dikerjakan pada
musim hujan. Pada musim kemarau tanah dibiarkan (bero).
2. Lahan dataran rendah
untuk sawah irigasi, yakni corak pertanian yang dilakukan dengan pengairan yang teratur,
baik dari air hujan langsung maupun dengan air irigasi waduk. Cara persawahan
ini dalam pertanian dilakukan dengan cara yang telah maju. Pembagian air dari
waduk dan saluran dengan pengaturan pintu air secara teratur.
3. Sawah tadah hujan, yakni
corak pertanian sawah, tetapi sistem pengairannya tergantung pada air hujan.
Oleh sebab itu, pengerjaannya hanya pada waktu musim hujan saja. Lokasi tanah
yang digunakan baik untuk sawah irigasi maupun sawah tadah hujan adalah tanah
yang subur.
4. Perkebunan. Lahan tanah
dataran rendah yang subur juga dapat digunakan untuk areal perkebunan yang
biasanya ditanami kelapa sawit, rami dan tembakau. Perkebunan bertujuan
menghasilkan barang – barang dagangan, baik untuk dikonsumsi rakyat dan atau
menghasilkan barang – barang ekspor.
5. Peternakan. Lahan tanah
dataran rendah baik yang subur atau kurang subr dapat digunakan sebagai lahan
peternakan. Keadaan iklim Indonesia cocok untuk persyaratan hidupnya hewan
ternak (kuda, lembu, kerbau, kambing, dan lain – lain). Begitu pula persediaan
air minum cukup banyak di Indonesia. Daerah padang rumput dapat digunakan untuk
usaha peternakan kuda ataupun lembu. Indonesia memiliki padang rumput yang
sangat luas.
2.1.4 Usaha atau Upaya –
upaya Pelestarian dan Peningkatan Manfaat Lahan Potensial.
1.
Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan
manusia.
2.
Menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan
intensitas penggunaan lahan dalam wilayah tertentu
3.
Merencanakan penggunaan lahankota agar jangan
sampai menimbulkan dampak pencemaran
4.
Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi
kepentingan manusia
5.
Memisahkan penggunaan lahan untuk pemukiman, industri,
pertanian, perkantoran, dan perusahaan-perusahaan lainnya.
6.
Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi
pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan.
7.
Melakukan pengkajian terhadap kebijaaksanaan tata
ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi penggunaan lahan.
8.
Di daerah pegunungan atau perbukitan perlu
diperhatikan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan pembuatan
sengkedan.
9.
Perlu usaha pemukiman penduduk dan pengendalian
peladang berpindah.
10.
Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah
pesisir, dan daerah sekitar lautan.
Upaya pelestarian dan
peningkatan manfaat lahan potensial diarahkan pada dua hal, yaitu bagaimana
lahan tersebut dapat memberikan daya dukung terhadap kehidupan manusia dalam waktu
yang relatif lama, dan bagaimana lahan tersebut memberikan manfaat secara
optimal kepada manusia sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Guna mencapai
tujuan tersebut maka ada berapa hal yang perlu ditempuh, yaitu:
1. Penggunaan sistem
terasering pada lahan yang miring dengan tujuan mencegah terjadinya erosi.
2. Dengan sistem pergiliran
tanaman (crop rotation) dengan tujuan meremajakan tanah agar kesuburannya tetap
terjaga.
3. Penggunaan pupuk organik
lebih baik dari pupuk kandang atau pupuk hijau.
Di samping itu, upaya
peningkatan manfaat lahan potensial bukan hanya memperhatikan faktor fisis
tetapi juga ada pertimbangan lain yang mungkin lebih menguntungkan. Misalnya,
sebidang lahan yang subur dikawasan perkotaan yang terletak di pusat perdagangan,
meskipun secara fisis cocok untuk tanaman tertentu, tetapi harga tanah cukup
tinggi sehingga tanaman yang dihasilkan tidak seimbang dengan harga tanah. Mungkin tanah tersebut lebih menguntungkan
jika untuk usaha lain di luar pertanian.
2.1.5 Klasifikasi Pertumbuhan Perkecambahan Cabai
Cabai atau lombok termaksud
dalam suku terong terongan (solanaceae) dan
merupakan tanaman yang mudah ditanam didataran rendah ataupun dataran tinggi.dan memiliki fase
perkecambahan yang sedikit cepat. Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga
bisa dipakai untuk kebutuhan sehari hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman
cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur, dan sarang serta tidak
tergenang air. pH tanah 5-6.
2.1.3 Pengertian Program Pembangunan Berkelanjutan
Program pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan hari ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang. Untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
2.2 Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah:
1. Program pembangunan berkelanjutan sangat erat
kaitannya terhadap pemanfaatan lahan potensial. Sehingga besar pengaruhnya jika
lahan potensial ini tidak dapat dimanfaatkan sebaik baiknya.
2. Pertumbuhan perkecambahan cabai dapat
dijadikan landasan dalam menentukan lahan potensial.
3. Lahan potensial yang tidak digunakan atau
dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya akan menurunkan produktivitas tanah
tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan
penelitian ini adalah metode eksperimen.Eksperimen dilakukan untuk mengetahui
tanah dari lahan manakah yang termaksuk kedalam karektaristik lahan potensial
melalui pertumbuhan cabai(casicum annuum
L).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Popolasi ini adalah seluruh
lahan yang ada disekitar kelurahan Rorotan Jakarta Utara.
3.2.2 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel ini adalah
dari seluruh lahan yang ada di kelurahan Rorotan di random menghasilkan empat (4)
lahan, yakni lahan yang sedang dalam proses pemukiman penduduk (lahan
persawahan, lahan yang sudah menjadi pemukiman penduduk, rawa rawa, dan lahan
perkebunan) dan masing-masing lahan di ambil tanahnya untuk eksperimen.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
3.3.1 Waktu Penelitian
Adapun
waktu penelitian ini adalah:
Hari :Sabtu - Rabu
Tanggal : 13 November 2010 - 01 Desember 2010
3.3.2 Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian
ini adalah:
1. Jalan
Malaka III RT 011 RW 006 Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing Jakarta Utara
14140
2. Jalan Rorotan
X Cilincing Jakarta Utara.
3. Jalan Malaka
IV RT O10 RW 006 Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing Jakarta Utara 14140
3.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini menggunakan teknik
observasi. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan perkembangan
untuk mencapai hasil eksperimen yang benar.
3.5 Analisis Data
Penganalisisan data dilakukan dengan
menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini dilakukan karena tidak
dalam bentuk angka-angka melainkan dalam bentuk katagori-katagori.